Assalamu Alaikum, Selamat Datang Saudaraku  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Ihsan dalam Beramal

preview006Oleh: KH. Hilmi Aminuddin

Setiap muslim senantiasa dituntut berbuat ihsan dalam segala sesuatu. Rasulullah saw pernah bersabda,

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat ihsan atas segala sesuatu”. (HR. Muslim).

Tidak dapat tidak, semua aktifitas seseorang muslim dalam kehidupannya harus tercelup dalam nuansa ihsan. Baik dalam aktifitas ibadah mahdhah (ritual) seperti shalat, do’a, dzikir, tilawatil Qur’an, hajji; juga dalam ibadah-ibadah dalam arti yang umum, seperti berdagang, menuntut ilmu, bertetangga dan bekerja. Semuanya harus diwarnai sikap ihsan.

Dalam syariat Islam, ihsan memiliki dua makna, yaitu:

Kebersamaan dengan Allah swt.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw ketika ditanya Malaikat Jibril tentang makna ihsan. Beliau memberikan pengertian ihsan: “Engkau mengabdi kepada Allah seakan-akan engkau melihat Dia. Kalau engkau tidak dapat melihat Dia, maka sesungguhnya Dia melihat kamu”. (HR. Muslim).

Dari sabda Rasulullah saw tersebut, diharapkan dalam diri seorang muslim tumbuh sikap ma’iyatullah atau kebersamaan dengan Allah Ta’ala. Sikap merasa senantiasa dalam pengawasan Allah swt dalam seluruh sisi kehidupannya. Tidak ada satu sisi pun yang lalai dari pengawasan Rabbul ‘alamin.

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya, dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Mujadilah ayat 7)

Ada perbedaan prinsip anatara mereka yang merasa senantiasa berada dalam pengawasan Allah swt dengan mereka yang tidak merasa ada pengawasan dari-Nya. Orang yang merasa hidupnya diawasi Allah swt akan senantiasa berjalan hati-hati dalam meniti hidup serta dakwahnya. Mengerjakan amalan shalih tidak hanya di hadapan keramaian, tetapi juga di kala sepi dan sendiri. Demikian pula sebaliknya, meninggalkan yang jahat dan maksiat pun di kala keramaian mau pun ketika sendiri. Sedang orang yang tidak merasa diawasi Allah swt akan berbuat sesuka hati dalam kehidupannya, merasa tenang ketika berbuat dosa dan memiliki rasa takut hanya terhadap aparat keamanan.

Kisah Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra dengan penjual susu menjadi teladan abadi tentang tingginya nilai ihsan. Ketika ibu penjual susu memaksa anaknya—Laila—untuk mencampur susu dengan air biasa. Jawab Laila, “Tidak boleh bu. Amirul Mukminin melarang kita mencampur susu yang akan dijual dengan air”.

“Tetapi semua orang melaksanakan hal itu nak, campur sajalah! Toh, Amirul Mukminin tidak melihat kita melakukan itu…”, kata sang ibu.

“Bu, sekalipun Amirul Mukminin tidak melihat kita, namun Rabb dari Amirul Mukminin pasti mengetahui.”

Masya Allah…Ucapan itu membuat Amirul Mukminin yang sedang mengintainya berderai air mata.
Alangkah mulianya jika setiap muslim menghiasi kehidupannya dengan jiwa ma’iyyatullah.

Berbuat baik karena Allah swt

Ihsan dapat pula bermakna berbuat baik karena Allah swt, sebagaimana perintah-Nya:

 “…dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash ayat 77).

Berbuat baik adalah akhlaq setiap makhluq Allah swt dia atas permukaan bumi ini. Berbuat baik ini meliputi pengertian memenuhi hak-hak orang lain dan memperhatikan adab-adabnya dalam setiap perilaku. Tidak masa bodoh, beku hati dan asal mau menangnya sendiri. Rasulullah saw memberikan panduan tentang apa yang disebut kebaikan. Ketika Wabishah bin Ma’bab ra bertanya tentang kebaikan, jawab beliau saw,

“Mintalah fatwa dari hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya”. (dari Musnad Ahmad bin Hambal).

Rasulullah saw telah memberikan teladan yang mulia tentang sikap baiknya kepada sahabat-sahabat, kepada tetangga, isteri, anak cucu, bahkan terhadap musuh-musuh sekalipun. Beliau berpesan untuk berbuat baik bila membunuh, baik membunuh musuh-musuh Allah Ta’ala dalam peperangan mau pun terhadap binatang sembelihan.

“Maka apabila kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik, dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan hewan sembelihannya”. (HR. Muslim).

Alangkah mulianya bila seorang muslim menghiasi hidupnya dengan senantiasa berbuat baik kepada sesamanya, kepada binatang, dan kepada alam semesta.

Sikap ihsan memiliki dimensi ma’iyyatullah dan berbuat baik karena Allah swt akan mendorong seorang muslim untuk senantiasa memasang niat baik untuk memulai segala aktifitasnya. Niat untuk melandasi segala katifitas karena Allah Ta’ala, niat untuk bekerja dengan serius dan senantiasa meningkatkan prestasi, serta niat untuk melaksanakan semua tugas-tugas hidup dengan sebaik-baiknya. Bila seorang muslim mempunyai niat yang sedemikian ini, tiada hasil yang akan didapatkannya kecuali kebaikan (ihsan) pula.

03.43 | 0 komentar

Tangisan Ukhuwah

 
Seperih rasa sakit.. Sungguh, jauh berbeda dari hari sebelumnya. Rasanya, air mata tak ingin berdiam diri, melepas diri, menangis. Dan aku tahu, saat itu, ada perih yang terasa menyayat hati. Dan aku paham, ukhuwah itu tidaklah sunyi dari uji.
“karena saat ikatan melemah, saat keakraban merapuh
Saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan
Saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai
Aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita
Hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau mengerdil
Mungkin dua-duanya, mungkin kau saja
Tentu lebih sering, imankulah yang compang-camping ,,, “
(Salim A Fillah )
Yah, benar..
Imanku sedang sakit, amalanku menurun dari semangat
Yah benar..
Akulah yang sebenarnya tersalah, akulah  yang pantasnya terdakwa.
Begitulah ukhuwah, atmosfer yang terkadang berganti. Menyengat, menyayat hati hingga sesekali menghalau air mata yang menandakan kesedihan.
Mungkin, aku yang tak paham bahwa sahabatku juga tak  lepas dari ujiNya. Hingga terkadang sedih menyergapnya, masih saja ku tambah dengan ketidakpahamanku. Dan sungguh, aku juga tak lepas dari ujiNya. Hingga terkadang sedih sedang berhadir bertemu dengan ketidaktahuanmu. Dan akhirnya, harus kita tahu, ukhuwah itu sedang di uji. Saat ketidakpahamanku  dan ketidaktahuanmu menyatu tanpa melebur. Kita mungkin tahu, tapi tidak mau tahu.
Apakah cinta dalam ukhuwah itu ada hanya ketika hati  tentram?
Apakah cinta dalam ukhuwah itu hadir hanya saat hati bahagia?
Lalu, kemana ia saat hati gerah memanas?
Lalu, kemana ia saat hati tangis memerih?
Mungkin, ia lagi bersembunyi, menghilang.
Mungkin akan kembali, mungkin tidak.
Begitulah ukhuwah, ia tak sepi dari uji.
Begitulah sakitnya rasa cinta dalam ukhuwah, kala ia tak lagi sama dengan sebelumnya, hati terasa memerih, memerah tangis. Kala kata-kata mulai tidak seperti biasanya, segeralah hati merundung sedih. Kalau lah tidak ada rasa cinta, sungguh itu takkan terjadi, namun apakah harus bahagia atau bersedih?
“Abu Bakr bersimpuh lalu menggenggam tangan sang Nabi. Ditatapnya mata suci itu dalam-dalam. ‘antara aku dan putra Al-Khattab,’ lirihnya, ‘ada kesalahpahaman. Lalu dia marah dan menutup pintu rumah. Aku merasa menyesal. Maka ku ketuk pintunya, kuucapkan salam berulangkali untuk memohon maafnya. Tapi, dia tidak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkanku.’
Tepat ketika Abu Bakr berkisah, ‘Umar ibn Khattab datang dengan resah. ‘sungguh aku di utus pada kalian,‘ sang nabi bersabda menghardik, lalu kalian berkata, ‘engkau dusta!’
Wajah beliau tampak memerah, campuran antara murka dan rasa malunya yang lebih dalam dibanding gadis dalam pingitan.
‘hanya Abu bakr seorang,‘ sambung beliau, ‘yang langsung mengiyakan,‘ engkau benar ! ’lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku?’
‘Umar berlinang, beristighfar dan berjalan bersimpuh mendekat. Tetapi tangis Abu Bakr lebih keras, derai air matanya bagai kaca jendela lepas. ‘tidak ya Rasulullah. Tidak. Ini bukan salahnya,‘ serunya terpatah-patah isak. ‘Demi Allah akulah yang memang yang keterlaluan.‘ lalu dia pun memeluk ‘Umar, menenangkan bahu yang terguncang. Mereka menyatukan rasa dalam dekapan ukhuwah, menyembuhkan luka.“
Dan lihatlah, insan-insan terbaik ini pun tak lepas dari uji dalam ukhuwah mereka. Dan begitu pun kita, dan disini aku berada di posisi ‘Umar yang (mungkin) menyakiti hambaNya, dan disini aku berada di posisi Abu  Bakr yang (mungkin) memang keterlaluan.
“Masihkah aku tidak takut menyakiti hamba Allah yang dicintaiNya, yang berkorban di jalanNya?“
Sungguh, sebenarnya aku takut. Semoga aku berada diantara kemaafan sahabat-sahabatku atas ukhuwah yang belum kutunaikan haknya. Dan ketahuilah, kita hidup dalam kemaafanNya.
“ Ya Rabb..
Izinkan aku mencintai sahabat-sahabatku baik di kala ia ridho atasku dan baik di kala ia enggan atasku..
Izinkan aku mengasihi sahabat-sahabatku baik di kala ia bahagia denganku dan baik di kala ia benci denganku..
Izinkan kami mencintai karenaMu, hingga ujian dalam ukhuwah ini bisa kami lewati dengan kefahaman kami dan keridhoanMu. “
  Sejenak kita dengarkan senandung Nasyid dari Izzatul Islam

Oleh: Linda MS, Tangerang 
http://www.fimadani.com/tangisan-ukhuwah/
*Posting bersama  rabbani79.blogspot.com

Cat. Admin : Penembahan Video senandung Nasyid Izzatul Islam dilakukan oleh Admin
22.22 | 0 komentar

Standar Operasi Satgas PKS Sudah Seperti TNI Menurut Para Jenderal

Saat Pembukaan MPKD 2 di Lembah Wera Kab. Sigi, Sulteng


Mungkin saya akan memberi sedikit informasi tentang penilaian gerakan organisasi masyarakat dimata para bintang TNI. Ingat dulu; tentang kehebohan kebijakan aturan pelarangan ormas atau satgas partai memakai seragam yang 'mirip' loreng sebuah angkatan di TNI dan aturan latihan semi militer yang dilakukan organisasi masyarakat. Hampir semua pihak membicarakannya, termasuk para bintang di TNI dan pihak ormas seperti FPI, FKPPI, satgas partai PDIP hingga pemuda pancasila. Dan saya tertarik dengan informasi; pendapat dari para bintang TNI. 
kebersamaan dalam melintasi rintangan
Berikut pertanyaan yang dijawab mereka;

"Diantara ormas dan satgas yang ada di indonesia yang memiliki kekuatan dan soliditas mirip TNI, siapa saja dan apa saja pak jenderal?"
>"Saya lihat kekuatan dan soliditas itu ada di satgas partai PKS; selama 6 bulan kami memantau dan memberi standar penilaian berdasarkan kebutuhan keputusan; ternyata cuma 'mereka' lah yang terbaik dalam pelatihan dan pembangunan kekuatan soliditas organisasi dan gerakan" (sjafrie sjamsoedin-wamenhan)
Perjalanan panjang lewati bukit, lembah, sungai dan hutan
>"Semua ormas memang lahir dengan tujuannya masing masing; seperti FPI ataupun pemuda pancasila, tapi ada fenomena sebuah gerakan tentang sebuah ormas, yang saya nilai mereka memang patut dicontoh secara organisir gerakan dan soliditas kekuatannya; anda tahu partai PKS, semua database saya miliki termasuk penilaian ketika melakukan aksi, dan memang satgas PKS lah yang terbaik"...
(djoko santoso- mantan panglima TNI)

>"Itu, satgas nya PKS, cuma mereka yang punya standar operasi yang sangat rapi mirip dengan organisasi struktural ala TNI, cuma 'mereka' tidak memiliki loreng ala PP ataupun FKPPI, menurut data yang saya miliki satgas PKS sudah seperti pasukan ala vietkong yang dibentuk melawan amerika'.....
(ryamizard ryacudu- mantan KSAD)..... 

Lalu pertanyaan kedua; "Kalau mereka terbaik menurutjenderal; mengapa mereka tidak dicurigai dan dianggap 'berbahaya'?"

Saya ambil satu jawaban dari sosok satu ini: 

>"Karena mereka bukan preman; kebijakan ini (pelarangann seragam mirip TNI -ed) dibuat untuk membatasi premanisme dengan memakai baju besar atau loreng mereka; sementara organisasi satgas PKS hanya kumpulan kader partai yang terbina dan terdidik; itu menurut kacamata saya setelah sempat menerima informasi dilapangan, toh mereka tidak membangun pos pos keamanan ala ormas yang lain, mereka banyak berguna di masyarakat, itu yang membuat kami harus berpikir ulang seandainya menempatkan 'mereka' dalam zona ormas rapor merah"....
(djoko santoso- mantan panglima TNI) 

Peserta dari Poso

by: Bang DW
20.50 | 0 komentar

KIPRAH KEWANITAAN

GALLERY FOTO

Cari Artikel di Sini

Counters


Categories