Assalamu Alaikum, Selamat Datang Saudaraku  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Berpulang ke Ar-Rafiq Al-A’la

MadinahPada hari itu, 12 Rabi’ul Awwal 11 H / 6 Juni 632 M, Madinah berduka. Manusia agung Pembawa Risalah itu telah berpulang keharibaan kekasihnya Yang Maha Tinggi.

Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Aisyah ra. bahwa dia berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pulang kepadaku pada hari itu, beliau masuk dari arah masjid, lalu berbaring di pangkuanku. Selanjutnya, masuklah ke rumahku seorang lelaki dari keluarga Abu Bakar dengan menggenggam sebatang siwak yang masih hijau. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam memandang tangan orang itu dengan suatu pandangan yang dapat aku mengerti bahwa beliau menginginkan siwak itu. Aku pun bertanya, “Ya Rasul Allah, apakah engkau ingin kuberi siwak ini?”

“Ya,” jawab beliau.

Siwak itu pun aku ambil, lalu aku kunyahkan untuk beliau sampai lunak, kemudian aku berikan kepada beliau.

Beliau pun lalu menggunakan siwak itu kuat-kuat, tak pernah sama sekali aku melihat beliau menggunakan siwak sekuat waktu itu, kemudian siwak itu beliau letakkan. Aku merasakan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam semakin berat pada pangkuanku. Aku pun beranjak melihat wajahnya, tiba-tiba mata beliau menatap tajam seraya mengucapkan, “Bahkan (aku memilih) ar-Rafiq al-A’la dalam surga.”

Aku pun berkata, “Engkau telah disuruh memilih, maka engkau pun memilih, demi Allah Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran.”

“Akhirnya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pun meninggal,” demikian kata Aisyah mengakhiri riwayatnya.

Sumber: Manhaj Haraki, Syaikh Munir Muhammad Ghadban, Rabbani Press.
18.31 | 0 komentar

MSI: Berkhidmat Adalah Gen Kader PKS

Presiden PKS Sohibul Iman menegaskan bahwa (semangat) berkhidmat adalah gen PKS. Ia sudah menjadi bagian inhern dalam diri kader PKS selama ini. Dimulai sejak gerakan dakwah ini belum menjadi partai belasan tahun yang lalu. Hal ini Sohibul Iman sampaikan dalam arahannya di Rakorwil DPW PKS Riau di Aula hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru, Ahad (14/2) siang.

Kerja kerja kader PKS selama ini menunjukkan hal itu. "Dakwah yang telah kita lakukan selama ini dan pelayanan kepada masyarakat yang telah lama kita lakukan menunjukkan hal itu," ujar pria yang juga dikenal dengan MSI ini.

MSI juga mengatakan bahwa berkhidmat kepada masyarakat bukanlah hal baru bagi kader PKS. "Mari berkhidmat kepada masyarakat dan bangsa ini setiap saat, sepanjang hayat," ajak MSI yang disambut takbir sekitar seribu kader yang memadati aula.

MSI juga menjelaskan bahwa ada tiga dimensi dalam berkhidmat. Yaitu pelayanan, pemberdayaan dan advokasi (pembelaan). Yang terakhir adalah khidmat paling optimal dan bisa dilakukan PKS sebagai parpol.

Keterangan Foto: Presiden PKS Sohibul Iman
 sumber
08.37 | 0 komentar

Habib Salim Segaf al-Jufri: Kita Ini Dai, Bukan Hakim!

Maraknya kelompok yang mengaku paling benar dan menyalahkan orang lain merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan di negeri ini. Diperparah dengan munculnya banyak aliran sesat yang menghina sahabat Nabi, memunculkan Nabi baru, dan lain sebagainya.

Keprihatinan inilah yang melatarbelakangi Dr Habib Salim Segaf al-Jufri untuk angkat bicara. Dengan nada yang santun dan menyejukkan hati, beliau menyampaikan ceramah singkat tentang tugas kita yang utama; sebagai dai, bukan hakim!

Berikut transkripnya sebagaimana dirilis oleh AlimanCenter.TV
“Saya sudah menjelaskan, nahnu du’atun la qudhatun, antum (Anda) itu sebagai dai, bukan hakim yang mengadili masyarakat.

Jadi, paham ya?

Dai itu kerjanya apa? Mengajak. Kalau ada yang sesat, diajak. Itu namanya dai. Tapi kalau kita sudah memposisikan sebagai hakim, itu persoalannya sudah berbeda.

Kalau posisi hakim ini, “Ini kafir. Ini musyrik. Ini fil jannah (masuk ke dalam surga). Ini fi jahannam (masuk ke dalam neraka jahannam).” Itu namanya qadhi, hakim.

Tapi antum sebagai dai. Ud’u sabili rabbika (ajaklah ke jalan Rabbmu). Kalau yang kurang paham, ya dialog, diajak.

Kalau menjelek-jelekkan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu? Saya sudah jelaskan. (Menjelek-jelekkan sesama) muslim saja sudah gak benar, apalagi (menjelek-jelekkan) sahabat Nabi!

Kalau sudah menjelek-jelekkan itu, dia sudah memposisikan sebagai apa? Dai atau hakim?
Antum bisa menjawab gak? Kalau menjelek-jelekkan, mengatakan ini-itu, dia hakim atau dai? Dia hakim.

Kerja dai itu berbeda. Kerja dai itu mengajak. Meluruskan. Yang sesat diajak dengan cara yang bagus. Masalah nanti dapat hidayah atau tidak dapat hidayah, itu urusan lain. Bukan di tangan kita.
Tapi yang penting, negara juga hadir. Ini penting juga. Negara itu harus hadir.

Adanya agama untuk membuat masyarakat menjadi tenang. Saya berharap, di setiap agama ada lembaga yang menjadi reference, rujukan.

Kita di Indonesia ada sekian banyak agama. Nanti kan muncul, agama ini, agama itu. Nah, (kalau ada rujukannya bisa dilihat) benar gak agama tersebut?

Sebab ada juga di daerah-daerah, orang shalat tidak membaca bismillah, tapi menggunakan terjemahan. Ada juga kan? Pernah dengar kan?

(Lalu) muncul atau ada Nabi baru, atau ada ini (ajaran) baru. Di sinilah negara harus hadir.
Di situ pentingnya (kehadiran negara). Ulama pun mempunyai rujukan, apakah MUI (Majlis Ulama Indonesia), atau apa, yang menjadi rujukan; mana yang benar dan mana yang tidak benar.

Tetapi sebagai orang umum, sebagai masyarakat, nahnu du’atun la qudhatun; kita itu dai, bukan hakim.”

Wallahu a’lam. [Pirman/BersamaDakwah]
06.05 | 0 komentar

Mereka,, yang " Berkhidmat Untuk Rakyat " ( Poso)

Dewan Pengurus Daerah Partai Keadilan Sejahtera Kab. Poso baru-baru ini menyelesaikan RAKERDA dalam upaya merancang Strategi Pemenangan satu tahun kedepan yang biasa di Istilahkan RKT ( Renacana Kerja Tahunan ), dalam kesempatan ini di hadiri oleh Bapak. Ir. T. Samsuri, M.Si selaku wakil bupati terpilih dalam pilkada serentak yang juga merupakan salah satu kandidat yang di usung oleh PKS Poso,,,,

Adapun yang membuka acara adalah Ust. Muhammad Wahyudin selaku wakil Ketua Umum DPW PKS Sulteng, dalam sambutannya lebih menitik beratkan pada konsolidasi kader dalam upaya memperkuat basis-basis di masyarakat dan pencapaian target pemenangan secara Nasional,,,,

Pada kesempatan itu pula di  lakukan Pelantikan Pengurus baru DPD PKS Kab. Poso Masa Khidmat 2015 - 2020, adapun Susunan Pengurus Sbb :






STRUKTUR KEPENGURUSAN
PARTAI KEADILAN SEJAHTERA KABUPATEN POSO
PERIODE 2015 – 2020



1.      Ketua Umum              : H.Usman Abdul Karim
2.      Wakil Ketua                : Arianto Ruslan
3.      Sekretaris Umum        : Muhammad Zakaria Laasi
4.      Wakil Sekretaris          : H.Arsyad Abdullah, BcHK
5.      Bendahara Umum       : Lisdawati

6.      Bidang Kaderisasi
          Ketua                    : Zainal Arifin
Sekretaris              : Tuti Utami, S.Pd


7.      Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga
         Ketua                    : Siti Rahmawati 
Sekretaris              : Marlia Lamusu
Anggota                  Nana Ardiana
                      
8.      Bidang Kepemudaan
           Ketua                    : Ari Junaedi

9.      Bidang Politik Hukam dan Keamanan
       Ketua                    : Drs.H.Amir Kusa
          Sekretaris              : Nuraini Yuta            
           Bagian Pemberdayaan Jaringan Usaha dan Ekonomi Kader
       Ketua                    : Tugino Tigin Harianto

       Bagian Kesejahteraan Rakyat
 Ketua                    : Fauziah, S.Pd

Selamat menjalankan Amanah dalam upaya Berkhidmat untuk Rakyat 
  

01.48 | 1 komentar

Beramal Islami di Dalam dan Melalui Jamaah

Anis Matta
Walaupun satu keluarga kami tak saling mengenal
Himpunlah daun-daun yang berhamburan ini
Hidupkan lagi ajaran saling mencintai
Ajari lagi kami berkhidmat seperti dulu

M. Iqbal

Itulah beberapa bait dari sajak doa iqbal. Mungkin batinnya menjerit pada kesaksiannya atas zamannya: umat ini seperti daun daun yang berhamburan. Seperti daun daun yang gugur diterpa angin, tak ada lagi kekuatan yang dapat menghimpunnya kembali, menatanya seperti ketika ia masih menggayut pada pohonnya.
Begitulah kenyataan umat ini: mungkin banyak orang salih diantara mereka, tapi semuanya seperti daun-daun yang berhamburan, tidak terhimpun dalam sebuah wadah bernama jamaah, mereka hilang diterpa angin zaman. Mungkin banyak potensi yang tersimpan pada individu-individu diantara mereka, tapi semuanya berserakan di sana sini, tak terhimpun.
Maka, jamaah adalah alat yang diberikan Islam bagi umatnya untuk menghimpun daun-daun yang berhamburan itu, supaya padu dengan kekuatan setiap orang shalih, orang hebat atau satu potensi bertemu pada dengan kekuatan saudaranya yang lain, yang sama shalihnya, yang sama hebatnya, yang sama potensialnya.

Jamaah juga merupakan cara yang paling tepat untuk menyederhanakan perbedaan-perbedaan individu. Di dalam satu jamaah, individu-individu yang mempunyai kemiripan disatukan dalam sebuah simpul. Maka, meskipun ada banyak jamaah, itu tetap lebih baik dari pada tidak sama sekali. Bagaimanapun, jauh lebih mudah memetakan orang banyak melalui pengelompokan atau simpul-simpulnya, ketimbang harus memetakan mereka sebagai individu.
Maka jalan panjang menuju kebangkitan umat ini harus dimulai dari menghimpun daun-daun yang berhamburan itu, merajut kembali jalinan cinta diantara mereka, menyatukan potensi dan kekuatan mereka, kemudian meledakkannya pada momentum sejarahnya, menjadi pohon peradaban yang teduh, yang menaungi kemanusiaan.

Tapi, itulah masalahnya. Ternyata, itu bukan pekerjaan yang mudah; ternyata, cinta tidak mudah ditumbuhkan diantara mereka; ternyata, orang shalih tidak mudah disatukan; ternyata, orang hebat tidak selalu bersedia menyatu dengan orang hebat yang lain. Mungkin itu sebabnya, ada ungkapan di kalangan gangster mafia: seorang prajurit yang bodoh, kadang-kadang lebih berguna daripada dua orang jenderal yang hebat. Namun, tidak ada jalan lain. Nabi umat ini tidak akan pernah memaafkan setiap orang diantara kita yang meninggalkan jama'ah, semata-mata karena ia tidak menemukan kecocokan bersama orang lain dalam jama'ahnya. Bagaimanapun, kekeruhan jama'ah, kata imam Ali bin Abi thalib r.a jauh lebih baik dari pada kejernihan individu.

Dari Individu ke Jamaah
Orang-orang shalih diantara kita harus menyadari bahwa tidak banyak yang ia berikan atau sumbangkan untuk Islam kecuali kalau ia bekerja di dalam dan melalui jama'ah. Mereka tidak dapat menolak fakta bahwa tidak ada orang yang dapat mempertahankan hidupnya tanpa bantuan orang lain; bahwa tidak pernah ada orang yang dapat melakukan segalanya atau menjadi segalanya; bahwa kecerdasan individual tidak pernah dapat mengalahkan kecerdasan kolektif. Bekerja di dalam dan melalui jamaah tidak hanya terkait dengan fitrah sosial kita, tapi terutama terkait dengan kebutuhan kita untuk menjadi lebih efisien, efektif, dan produktif.

Ada juga alasan lain. Kita hidup dalam sebuah zaman yang oleh ahli-ahlinya dicirikan sebagai masyarakat jaringan, masyarakat organisasi. Semua aktivitas manusia dilakukan didalam dan melalui organisasi; pemerintahan, politik, militer, bisnis, kegiatan sosial kemanusiaan, rumah tangga, hiburan, dan lain-lain. Itu merupakan kata kunci yang menjelaskan, mengapa masyarakat modern menjadi sangat efektif, efisien dan produktif.

Masyarakat modern bekerja dengan kesadaran bahwa keterbatasan-keterbatasan yang ada pada setiap individu sesungguhnya dapat dihilangkan dengan mengisi keterbatasan mereka itu dengan kekuatan-kekuatan yang ada pada individu-individu yang lain.

Jadi kebutuhan setiap individu muslim untuk bekerja atau beramal Islami di dalam dan melalui jama'ah, bukan saja lahir dari kebutuhan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktivitasnya, tapi juga lahir dari kebutuhan untuk bekerja dan beramal Islami pada level yang setara dengan tantangan zaman kita.

Musuh-musuh kita mengelola dan mengorganisasi pekerjaan-pekerjaan mereka dengan rapi, sementara kita bekerja sendiri-sendiri tanpa organisasi, dan kalau ada biasanya tanpa manajemen.

Pilihan untuk bekerja dan beramal Islami di dalam dan melalui jama'ah, hanya lahir dari kesadaran mendalam seperti ini. Namun, kesadaran ini saja tidak cukup. Ada persyaratan psikologis lain yang harus kita miliki untuk dapat bekerja lebih efektif, efisien, dan produktif dalam kehidupan berjama'ah.

1. Kesadaran bahwa kita hanyalah bagian dari fungsi pencapaian tujuan. Jama'ah didirikan untuk mencapai tujuan-tujuan besar: jama'ah bekerja dengan sebuah perencanaan dan strategi yang komprehensif dan integral. Di dalam strategi besar itu, individu harus ditempatkan sebagai bagian dari keseluruhan elemen yang diperlukan untuk mencapainya.

Jadi, sehebat apapun seorang individu, bahkan sebesar apapun kontribusinya, dia tidak boleh merasa lebih besar dari pada strategi dimana ia merupakan salah satu bagiannya. Begitu ada individu yang merasa lebih besar dari strategi jama'ah, strategi itu akan berantakan. Untuk itu, setiap individu harus memiliki kerendahan hati yang tulus.
2. Semangat memberi yang mengalahkan semangat menerima. Dalam kehidupan berjama'ah terjadi proses memberi dan menerima. Namun, jika pada sebagian besar proses kita selalu pada posisi menerima, secara perlahan kita "mengonsumsi" kebaikan-kebaikan orang lain hingga habis. Itu tidak akan pernah mampu melanggengkan hubungan individu dalam sebuah jama'ah. Betapa bijak nasihat KH. Ahmad Dahlan kepada warga Muhammadiyah, "Hidup-hidupkanlah Muhammadiyah, dan jangan mencari hidup dalam Muhammadiyah."
3. Kesiapan untuk menjadi tentara yang kreatif. Pusat stabilitas dalam jama'ah adalah kepemimpinan yang kuat. Namun, seorang pemimpin hanya akan menjadi efektif apabila ia mempunyai prajurit-prajurit yang taat dan setia. Ketaatan dan kesetiaan adalah inti keprajuritan. Begitu kita bergabung dalam sebuah jama'ah, kita harus bersiap untuk menjadi taat dan setia. Akan tetapi, ruang lingkup amal Islami yang sangat luas membutuhkan manusia-manusia kreatif, dan kreativitas tidak bertentangan dengan ketaatan dan kesetiaan. Jadi, kita harus menggabungkan ketaatan dan kreativitas; ketaatan lahir dari kedisiplinan dan komitmen, sementara kreativitas lahir dari kecerdasan dan kelincahan. Hal itu merupakan perpaduan yang indah.

4. Berorientasi pada karya, bukan pada posisi. Jebakan terbesar yang dapat menjerumuskan kita dalam kehidupan berjama'ah adalah posisi struktural. Jama'ah hanyalah wadah bagi kita untuk beramal. Maka kita harus selalu berorientasi pada amal dan karya yang menjadi tujuan utama kita berjama'ah, dan memandang posisi struktural sebagai perkara sampingan saja. Dengan begitu, kita akan selalu bekerja dan berkarya, ada atau tanpa posisi struktural.
5. Bekerjasama walaupun berbeda. Perbedaan adalah tabiat kehidupan yang tidak dapat dimatikan oleh jama'ah. Maka, menjadi hal yang salah jika berharap bisa hidup dalam sebuah jama'ah yang bebas dari perbedaan. Yang harus kita tumbuhkan adalah kemampuan jiwa dan kelapangan dada untuk tetap bekerja sama dengan perpecahan dan karena itu kita tetap dapat bersatu walaupun kita berbeda.
Jamaah yang Efektif
Mungkin jauh lebih realistis untuk mencari jama'ah yang efektif ketimbang mencari jama'ah yang ideal. Kita adalah umat yang sakit. Setiap kita mewarisi kadar tertentu dari penyakit tersebut. Jika orang-orang sakit itu sering bertemu dalam sebuah jama'ah, pada dasarnya jama'ah itu juga merupakan jama'ah yang sakit. Itulah faktanya. Namun, tugas kita adalah menyalakan lilin, bukan mencela kegelapan.
Jama'ah yang efektif adalah jama'ah yang dapat mengeksekusi atau merealisasikan rencana-rencanaya. Kemampuan eksekusi itu lahir dari integrasi antara berbagi elemen: ada sasaran dan target yang jelas, strategi yang tepat, sarana pendukung yang memadai, pelaku yang bekerja dengan penuh semangat, dan lingkungan strategi yang kondusif. Jama'ah yang didirikan untuk kepentingan menegakkan syariat Allah di muka bumi akan menjadi efektif apabila ia memililki syarat-syarat berikut ini:
1. Ikatan akidah, bukan kepentingan. Orang-orang yang bergabung dalam jama'ah itu disatukan oleh ikatan akidah, dipersaudarakan oleh iman, dan bekerja untuk kepentingan Islam. Mereka tidak disatukan oleh kepentingan duniawi yang biasanya lahir dari syahwat; keserakahan (hubbud dunya) dan ketakutan (karahiatul maut).
2. Jama'ah itu sarana bukan tujuan. Jama'ah itu tetap diposisikan sebagai sarana, bukan tujuan, sehingga tidak ada alasan untuk memupuk dan memelihara fanatisme sekedar untuk menunjukkan kesetiaan pada jama'ah. Hilangnya fanatisme juga memungkinkan jama'ah-jama'ah itu saling bekerja sama diantara mereka, membangun jaringan yang kuat, dan tidak terjebak dalam pertarungan yang saling mematikan.

3. Sistem, bukan tokoh. Jama'ah itu akan menjadi efektif jika orang-orang yang ada di dalamnya bekerja dengan sebuah sistem yang jelas, bukan bekerja dengan seseorang yang berfungsi sebagai sistem. Pemimpin dan prajurit hanyalah bagian dari strategi, sistem adalah sesuatu yang terpisah. Dengan cara ini, kita mencegah munculnya diktatorisme, di mana selera sang pemimpin menjelma menjadi sistem.
4. Penumbuhan, bukan pemanfaatan. Sebuah jamaah akan menjadi efektif jika ia memandang dan menempatkan orang -orang yang tergabung ke dalamnya sebagi pelaku-pelaku, yang karenanya perlu ditumbuh-kembangkan secara terus menerus, untuk fungsi pencapaian tujuan jama'ah itu. Jama'ah itu akan menempatkan dirinya sebagai fasilitator bagi perkembangan kreativitas individunya, dan tidak memandang mereka sebagai pembantu-pembantu yang harus dipaksa bekerja keras, atau sapi-sapi dungu yang harus diperah setiap saat.

5. Mengelola perbedaan, bukan mematikannya. Jama'ah yang efektif selalu mampu mengubah keragaman menjadi sumber kreativitas kolektifnya, dan itu dilakukan melalui mekanisme syura yang dapat memfasilitasi setiap perbedaan untuk diubah menjadi konsensus.

Anis Matta
Sumber: Buku 'Dari Gerakan ke Negara'
 
18.53 | 0 komentar

Musda PKS Poso, Siap Menangkan Pilkada

Badan Pengurus Harian DPD PKS Poso 2015 - 2020

Dewan Pengurus Daerah Partai Keadilan Sejahtera (DPD PKS) Kabupaten Poso menggelar Musyawarah Daerah (Musda) ke-4 di Losmen Alugoro Poso, Minggu (25/10/2015).

Musda kali ini merupakan rangkaian dari alih kepemimpinan di tubuh PKS, setelah sebelumnya didahului dengan Munas di tingkat pusat dan Muswil di tingkat provinsi.

Kegiatan Musda yang ke 4 dengan mengambil tema" Berkhitmat Untuk Rakyat”, ini di ikuti sedikitnya tiga ratus peserta yang terdiri dari pengurus DPC di 14 kecamatan, pengurus DPD, simpatisan, masyarakat serta dihadiri kandidat PKS dan Ketua DPW PKS Sulteng Zainuddin Tambuala.

Ketua Panitia Musda Amir Kusa dalam sambutanya menjelaskan, jika sebelum dilaksanakan Musda ini telah dilaksanakan sebulan yang lalu dengan menghasilkan lima belas orang kader terbaik PKS.

Kata Amir Kusa, Musda kali ini digelar ditengah-tengah hiruk pikuk melaksanakan Pilkada serentak, sehingga agar para pendukung, simpatisan maupun pengurus partai bisa selalu tersentuh oleh dakwah partai PKS sendiri.

Sementara itu, dalam Musda kali ini juga  melantik lima orang pengurus DPD PKS, termasuk melantik Ketua DPD PKS Poso baru Muhamad Yusuf dan dilanjutkan penandatangan pakta intregitas.

Ketua DPD PKS terpilih, Muhamad Yusuf mengajak kepada para pendukung dan simpatisan untuk memenangkan pasangan calon bupati dan wakil bupati Poso Darmin-Syamsuri. Menurutnya, Musda ke empat kali ini merupakan momen yang berbeda dari sebelumnya.

"Kita pastikan untuk mendukung kandidat kita, ini Musda yang ke empat merupakan skenario oleh tuhan dimana pasangan kandidat kita DAS berada di nomor empat," tegasnya yang diikuti tepukan tangan dan teriakan ratusan pendukung yang hadiri Musda.

Kegiatan ini juga, selain di hadiri pendukung, simpatisan dan pengurus partai PKS, juga dihadiri pasangan calon bupati Darmin Agustinus Sigilipu dan wakilnya Syamsuri. Tak hanya itu pendukung partai Perindo, PKB dan PPP turut hadir dalam Musda PKS ini.

http://www.metrosulawesi.com/article/musda-pks-poso-siap-menangkan-pilkada
00.54 | 0 komentar

KIPRAH KEWANITAAN

GALLERY FOTO

Cari Artikel di Sini

Counters


Categories